Dialog

Sindu Siwikan // Kawat galvanis dan semen // 9″ x 8″ x 32″ // 2021

Indonesia pada dasarnya wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan tinggi. Dimana makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuhan dapat menyesuaikan diri dan bertahan dengan bermacam kondisi, panas maupun dingin.

Keadaan atau iklim di Indonesia itu sendiri dapat mempengaruhi kepribadian mahluk hidup, terutama manusia. Orang atau masyarakat Indonesia pada dasarnya memiliki kepribadian yang ramah, murah senyum dan memiliki rasa penasaran tinggi. Oleh karena itu mudah untuk saling mengenal satu sama lainnya walaupun dari latar belakang ras, suku dan agama yang berbeda mereka dapat saling berbagi dalam hal apapun.

Telah lama budaya gotong-royong, saling membantu telah melekat pada masyarakat Indonesia, sebenarnya dengan cukup mudah Indonesia dan masyarakatnya bisa untuk saling menjaga, memberi dan mencintai tanpa memandangan perbedaan, tidak saling menghina dan membenci satu sama lainnya dalam beragama maupun hal lainnya.

Agama sangat sensitif untuk disinggung dan dibahas. Karena orangnya keliru agama dengan eksplisitnya dapat menciptakan konflik. Akan tetapi tergantung lagi dengan cara penyampaiannya seperti apa, menurutku dengan cara berdialog dengan etika yang baik dan sopan, kemungkinan dapat lebih terbuka pemikiran dan hatinya.

Agama dan pluralitas di Indonesia dalam masyarakat pada dasarnya telah tertanam pada diri masing-masing. Semua tanpa disadari telah berdialog dalam perbedaan-perbedaan di sekelilingnya. Akan tetapi untuk menjaga dari intervensi pihak luar, diperlukan menumbuhkan kembali ingatan dan kesadaran diri masing-masing.

Karya yang saya ekspresikan merupakan simbol toleransi, dimana dalam karya tersebut terlihat dua figur (mewakili seluruh orang), yang sedang berinteraksi dengan saling bersalaman. Karya tersebut terbuat dari dua media yang berbeda yaitu semen dan kawat logam dari masing-masing figur, yang mana semen dan kawat pada dasarnya merupakan media yang saling melengkapi. Contohnya pada arsitektur bangunan. Untuk memperkuat pondasi dinding (semen) diperlukan tulang penyangga (kawat besi sejenisnya). Itu menganalogikan perbedaan dan kerukunan, bersatu untuk perdamaian.